twitter
rss

Article |
Forum Kemitraan Polisi dan PHRI  [ FKPPHRI ] bertempat di hotel Scarlet Bandung dalam acara pelantikan pengurus dan pengukuhan pembentukan FKPPHRI Kota Bandung oleh Polrestabes Kota Bandung telah terbentuk dan dikukukan, dihadiri dari seluruh Polsek yang berada di Kota Bandung dan Pengurus DPC PHRI Kota, serta Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta SKPD Kota Bandung yang terkait dengan pariwisata.  Dalam penyempai sambutan Ketua DPD PHRI Jawa Barat Herman Muchtar merasa sangat kecewa, karena sedikitnya anggota PHRI Kota hadir  pada acara pelantikan ini. Karena program kemutraan ini yang barusan di lantik adalah  sangat penting karena program ini kerjasama ini adalah buat kepentingan keamanaan dimasing-masing hotel dan Kota Bandung khususnya.  Program ini dapat terlaksana dikarenakan adanya kerjasama yang telah ditanda tangani antara pihak Kepolisian dan PHRI Jawa Barat ketika Rakernas PHRI di Bandung  yang lalu pada bulan Maret 2011 dan ini adalah perwujudan dari hasil MOU tersebut. Dalam sambutannya juga disampaikan sekertariat PHRI terbuka bagi pihak kepolisian untuk mampir dan mengetahui terhadap kondisi perhotelan di Kota Bandung kan sekarang sudah ada Polisi Pariwisata, dipandang perlu pihak kepolisian mengetahui tentang the way of life di dunia pariwisata.
Dalam sambutan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung – Priatna menyampaikan keamanan menjadi sangat penting bagi pariwisata Kota Bandung karena pendapatan daerah 65@ adalah merupakan kontribusi dari sector pariwisata dan sekaligus menjadi pensupply tenaga kerja dibidang pariwisata di Bandung sudah mencapai sekitar satu juta tenaga kerja yang mampu diserap, jadi bila bidang kepariwisataan ini terganggu tentu dengan sendirikan kegiatan pariwisata juga akan terganggu, oleh karena itu Forum Kemitraan Polisi dan PHRI Kota Bandung adalah merupakan wujud nyata dari kedua pihak baik Polisi dan PHRI untuk menjaga keamanan dan ketiban di Kota Bandung dan disambut dengan sangat baik
PELANTIKAN PENGURUS FKPPHRI
Pelantikan dilakukan oleh Waka Pelbestabes Kota Bandung dengan menyelematkan lencana dan penyerahkan SK kepengurusan bagi pengurus FKPPHRI yang dilanjutakan dengan sambutan. Dalam sambutannya disampaikan bahwa pelantikan ini adalah merukan program kerjasama yang telah ditanda tangani dengan DPP PHRI dan kemudian dengan DPD PHRI Jawa Barat, diharapkan pengurus dapat berperan sesuai dengan fungsinya, didalam sambutannya juga disikapi kemacetan Kota Bandung lebih disebabkan pertumbuhan kegiatan pariwisata terpusat di tengah Kota, bila pengembangan pariwisata Kota Bandung tidak terpusat di tengah kota menurut hematnya kondisi kemacaten di Kota Bandung khususnya di hari-hari libur tidak akan separah ini.
Dalam sambutan tertulis yang diampaikan dalam acara pelantikannya yang dibacakan oleh wakil ketua, ketidak hadirannya dikarena kehatannya yang menyebabkan tidak dapat hadir secara langsung dalam acara pelantikan ini, tapi dalam sambutan tertulisnya DPC PHRI Kota Bandung H.Momon Abdurochman, menyatakan pariwisata saat ini menjadi industry yang sangat penting serta strategis dalam sector pembangunan tidak saja oleh bangsa Indonesia melainkan bangsa-bangsa di dunia.  Disampaikan juga bahwa salah satu kontribusi penting yang dapat disumbangkan dari pengembangan pariwisata adalah pemberayaan masyarakat atau komunitas local, sehingga masyarakat local perlu mendapatkan perhatian dan pemberdayakannya. Investasi pariwisata sangatlah besar dan juga melibatkan sumberdaya manusia yang cukup banyak belum lagi dari multiplier effek dari pariwisata yang menumbuhkan kerkembangan ekonomi masyarakat. Namun segala potensi dan peluang yang muncul juga terdapat tantangan yang besar persinggungan erat dengan aspek social budaya serta interaksi antar manusia yang didalamnya terdapa berbagai suku dan ethnic agama dan bangsa serta Negara yang akhirnya timbul persinggungan antar budaya dan norma serta perilaku serta adat istiadat belum lagi persaingan usaha yang tidak sehat, pertentangan politik local yang sering juga menimbulkan gejolak.
Ingatan dan trauma sejarah rasanya belum hilang dari ingatan dan perasaan, seiring ledakan BOM di Hotel JW. Marriot Jakarta tahun 2003, tragedy bom Bali tahun 2002, memori buruk serangan terotis di hotel Marriot Pakistan, Hotel Tajmahal Palace di India dan bahkan dan yang paling baru adalah terjadinya boom di Mesjid di Maplrestabes Cirebon, terror bom yang berada dimana-mana.
Persoalan keaman yang sering dikeluhkan oleh pelaku industry pariwisata sangatlah berdampak pencitraan dan pengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Permasalahan keamanan dirasakan perlu diantisipasi dan peran masyarakat perlu dilibatkan termasuk masyarakat industry seperti PHRI dan secara bersama-sama dengan pihak Kepolisian memberikan perlindungan maksimal bagi industry pariwisata dan wisatawan. Untuk persoalan itu dipandang perlu untuk diadakan penangan khusus dan melibatkan pihak industry yang mengetahui seluk beluk kepariwisataan dan pihak Kepolisian yang mengeti tentang security dibangun kebersamaan guna memberikan perlindungan prima terhadap industi serta wisatawan dengan melalui kerjasama antar pihak Kepolisian dan PHRI.
Dengan adanya FKPPHRI seleuruh pengurus dan anggota tentu menyambut dengan baik dan bersukur pada hari ini dapat dibentuk dan dilantik kepengurusannya dan melalui kesempatan ini DPC PHRI Kota Bandung memberikan aprisiasi dan ucapan terima kasih kepada seluruh jajaran Kepolisian Resot Kota Besar Bandung yang telah berkenan melahirkan FKPPHRI ini,dan ini sudah barang tentu akan merupakan langkah maju bagi pengembangan kepariwisataan Kota Bandung dan merasa aman bagi wisatawan yang berkunjung dan yang menginap di hotel yang ada di Kota Bandung

Sumber : Tourism Trvel News

Pelantikan Forum Kemitraan Kepolisian dengan PHRI 
Senin, 25 April 2011 | 14:08 WIB

BANDUNG, TRIBUN - Ketua Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar, menyayangkan banyaknya anggota PHRI yang tidak datang di acara pelantikan Forum Kemitraan Kepolisian dengan PHRI (FKPPHRI) Kota Bandung, di Dago Scarlet Hotel, Senin (25/4) pagi.

Berdasar pantauan Tribun, dari sekitar 100 undangan yang hadir, 60 persen di antaranya terdiri atas para kapolsek dan pejabat di jajaran Polrestabes Bandung.

Menurut Herman, acara pelantikan FKPPHRI merupakan ajang silaturahim antara anggota PHRI yang terdiri dari para owner dan profesional bidang perhotelan.

"Jadi sangat disayangkan kalau momentum ini dilewatkan begitu saja. Padahal Wakapolrestabes Bandung sudah mendatangkan pejabat kepolisian serta para kapolsek di Kota Bandung," ujar Herman.

Menurut Herman, hubungan antara PHRI Jawa Barat dan jajaran Polri sudah berlangsung sejak lama dan harus tetap dipelihara. Sebab, kedua lembaga akan bekerja sama dalam menjaga keamanan di bidang pariwisata.

"Adanya FKPPHRI, bahkan pengusaha ataupun pengelola hotel perlu lebih proaktif mengontak pihak kepolisian. Terutama ketika menemukan ada tamu atau situasi mencurigakan. Jangan tunggu aparat yang melakukan penggerebekan," kata Herman. (rry)

Sumber : Tribun Jabar

Senin, 25 April 2011 | 12:21 WIB
A A A
PENYEMATAN PIN OLEH WAKAPOLRES BANDUNG AKBP RINTO PRASTOWO KEPADA KETUA FKPPHRI SUSILO KARDIGANTARA
TRIBUN JABAR/RICKY REYNALD YULMAN
PENYEMATAN PIN OLEH WAKAPOLRES BANDUNG AKBP RINTO PRASTOWO KEPADA KETUA FKPPHRI SUSILO KARDIGANTARA –
BANDUNG, TRIBUN - Wakapolrestabes Bandung, AKBP Rinto Prastowo SIk, Senin (25/4) pagi, melantik Pengurus Forum Kemitraan Polri dan Perhimpunan Hotel dan Restoran (FKPPHRI) Kota Bandung.

Pelantikan FKPPHRI di Hotel Scarlet Dago, Jalan Siliwangi, Kota Bandung, dihadiri pula Ketua BPD PHRI Jawa Barat, Herman Muchtar, Kadisparbud Kota Bandung, Priana Wirasaputra, dan Ketua BPC PHRI Kota Bandung, Momon Abdurrochman.

Wakapolrestabes Bandung, AKBP Rinto Prastowo SIk, mengatakan terbentuknya FKPPHRI, merupakan satu bentuk kesamaan persepsi antara Polrestabes Bandung dengan PHRI Kota Bandung dalam menjaga keamanan bidang pariwisata.

"Kami yakin kesamaan persepsi bisa mengantisipasi terjadinya tindak kejahatan, seperti terorisme, peredaran narkoba, serta gangguan sosial. Kami berharap para pengusaha juga bisa proaktif, supaya penanganan bisa lebih tepat, cepat, dan profesional," ujar Rinto Prastowo.

Ketua FKPPHRI Kota Bandung, Suseno Kardigantara, berharap jajaran pengurus FKPPHRI Kota Bandung bisa memegang amanah, untuk bersama-sama menjaga keamanan dan keamanan bidang pariwisata.

Sumber : Tribun Jabar

Melihat perbedaan kompetensi: Put the right man in the right place


Salah satu unsur dalam manajemen SDM adalah pendayagunaan yaitu menempatkan orang sesuai dengan kompetensinya sehingga bisa bekerja dengan optimal. Istilah lain yang sering digunakan adalah the right man in the right place. Dalam hal ini para manajer harus bisa melihat kemampuan atau kompetensi karyawannya sehingga bisa menempatkan dalam posisi yang pas. Karena hal ini akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Apabila karyawan kita tidak punya kompetensi yang sesuai, maka tentu saja hasilkan tidak akan seperti yang kita harapkan. Sebuah hadist mengatakan ” Apabila kita menyerahkan sesuatutidak kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”. 
Konsep pendayagunaan ini sangat mudah diucapkan namun tidak mudah untuk diterapkan. Terbukti masih banyak karyawan menyatakan tidak pas dengan tugas yang diberikan, atau atasan yang menilai stafnya tidak bisa bekerja dengan baik. Padahal mungkin saja memang kompetensi dan kemampuannya tidak pas dibidang yang di berikan. Dalam hal ini diperlukan upaya untuk menilai dan menggali kompetensi seseoranghingga memahami nilai-nilai(values) yang ada pada dirinya, kemudian disesuaikan dengan bidang pekerjaan yang tepat buatnya. Keseluruhan tahap ini memerlukan waktu dan kesabaran dan pemahaman pengetahuan yang baik untuk dapat menerapkannya.
Yang masih sering kita temui adalah atasan menganggap staf atau bawahannya tidak bisa melakukan tugas dengan baik, sering melakukan kesalahan, tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan menganggap karyawan ini prestasinya jelek. Padahal dari konsep pendayagunaan tadi, kita perlu menilai, mengevaluasi apakah karakter dia, kompetensi dan kemampuannya sesuai atau cocokdengan pekerjaannya. Kadang atasan membandingkan prestasi karyawan dengan yang lainnya tanpa menilai lebih dalam lagi. Sebagai atasan/pimpinan kita juga harus melihat karyawan kita secara pribadi. dari tingkat pendidikan mungkin sama, tetapi bisa jadi ada perbedaan antar yang satu dengan yang lainnya. Menjadi tanggung jawab pimpinan untuk mendayagunakan karyawan tersebut bisa lebih berdaya guna lagi sehingga bisa menghasilkan kinerja yang diinginkan.
Berkaitan dengan hal tersebut sangat diperlukan bagaimana pandangan kita terhadap perbedaan. Ada sebuah kisahyang menarik untuk disimak tentang perbedaan ini. Alkisah ada seorang ayah mempunyai 3 orang anak yang mempunyai karakter yang berbeda. Anak yang pertama mempunyai sifat yang tenang namun kurang peduli. Anak kedua sangat menyenangkan, suka membantu dan penyayang. Anak ketiga anak yang paling menyusahkan, sifatnya tidak sabaran, pemarah dan suka membuat ulah. Dalam kehidupan sehari-hari ulah ketiga anak-anaknya kadang-kadang membuat kesal dan kecewa sang ayah.
Pada suatu hari, anak ketiganya membuat ulah di sekolah sehingga sang ayah dipanggil, Betapa malu dan marah sang ayah. Kekesalannya memuncak dan membuatnya hampir lupa diri. Namun sang ayah berusaha mengendalikan dirinya. Dalam waktu sholatnya dia bawa permasalahannya ini kepada Allah SWT, dan bertanya kenapa dia diberikan tiga anak yang berbeda sifatnya dan kenapa tidak seperti anak yang kedua seperti yang diinginkan sang ayah. Sang ayah pasrah dan memohon bimbingannya agar bisa mendidik anak-anaknya.
Pada suatu hari, sang ayah mendapatkan undangan makan malam di sebuah restoran dari teman kantornya. Saat menikmati berbagai hidangan yang disuguhkan, sang ayah menggunakan sendok, pisau dan garpu. Ketiga benda tersebut digunakan dengan bergantian. Ketika makan spageti, garpulah yang punya banyak peran. Saat makan steak, pisau dan garpulah yang digunakan. Kadang hanya sendok saja yang di gunakan. Sendok, pidau dan garpu, tiga benda ini tiba-tiba mengusik hatinya. Seolah-olah Allah menunjukkan kepadanya akan makna tiga benda yang punya fungsi yang berbeda, tertapi bisa digunakan dan mempunyai peran yang penting dalam sebuah aktivitas makan. Dalam benaknya sang ayah membandingkan dengan ketiga anaknya. Seketika sang ayah tersentak dan mendapat pencerahan. Lalu ia bersyukur dan berdoa ” Ya Allah, terimakasih Engkau telah memberikan saya anak-anak yang luar biasa dalam kehidupan ini”
Ya, Allah telah memberikan ketiga karakter yang berbeda dalam diri anak-anaknya. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan ibaratnya ketiga benda tersebut yaitu sendok, garpu dan pisau. Anak pertamanya dia ibartkan dengan sendok, yang dapat dipakai tanpa perlu ada garpu. Namun pada saat tertentu garpu dibutuhkan, ia akan menjadi pasangan yang baik dimeja makan. Sedangkan pisau, yang sangat tajam namun apabila digunakan pada saat yang tepat akan sangat dibutuhkan. Akhirnya sang ayah menyadari, betapa Allah telah memberikan ketiga anak yang luar biasa, tinggal bagaimana sang ayah akan merawat dan tahu kapan menggunakannya. Seperti dia mempunyai sendok, garpu dan pisau. Bukankah tanpa garpu akan sangat sulit menikmati spageti dan apabila tanpa pisau bagaimana kita bisa menikmati steak yang panas di sebuah meja makan. Kini Sang ayah hidup penuh syukur karena menyadari alangkah indahnya mempunyai sesuatu yang berbeda ketimbang mempunyai 3 buah garpu. Karena akan sulit digunakan.
Makna cerita tersebut merupakan refleksi tidak langsung bagaimana kita melihat perbedaan pada awalnya hingga kita menemukan bagaimana perbedaan itu menjadi kekuatan dan lalu kita berkata ” Put your right man in the right place”. Kita bisa merefleksikannya dalam kehidupan keluarga kita atau di lingkungan kantor kita dengan adanya perbedaan pada karyawan kita. Akan menjadi sebuah kekuatan apabila kita bisa mencari peluang pendayagunaan dari sebuah perbedaan. Apabila kita bisa menilai dan memahami makna kompetensi (sekumpulan sifat, pengetahuan dan ketrampilan yang kita miliki yang membedakan kita dengan yang lain) secara lebih baik dan menempatkannya pada tempat yang sesuai, maka kita bisa mempergunakannyasebagai kekuatan untuk mendapatkan sinergi tanpa merusak makna dari perbedaan itu.

 PRINSIP "The Right Man on the Right Place" sangat populer di dunia manajemen. Penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat menjadi kunci sukses sebuah organisasi atau perusahaan.

Umat Islam tidaklah asing dengan prinsip semacam itu. Pasalnya, lebih dari 14 abad silam, ajaran Islam sudah mewanti-wanti agar umatnya menyerahkan suatu masalah kepada ahlinya (the right man). Jika tidak, tunggulah kehancurannya. Rasulullah Saw bersabda, "Jika amanah disia-siakan, tunggulah saat kehancuran". Sahabat bertanya: "Bagaimana menyia-nyiakan amanah itu?" Rasul menjawab: "Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya" (HR Bukhari). Hadits ini diperkuat dengan sejumlah ayat Alquran dan hadis lain tentang keharusan umat Islam menyerahkan amanah kepada ahlinya.

Dalam Surat An-Nisa: 58 Allah Swt menegaskan, Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Menyerahkan amanah kepada bukan ahlinya juga menjadi salah satu tanda akhir zaman (kiamat).

Abu Hurairah meriwayatkan, dalam satu majelis ketika Rasulullah Saw berbicara dengan orang ramai, datang seorang Arab Badui, lalu bertanya: "Bilakah hari Kiamat?" Rasulullah bersabda: "Apabila dihilangkan amanah maka tunggulah hari kiamat". Orang itu bertanya lagi: "Bagaimanakah menghilangkan amanah itu?" Rasul menegaskan: "Apabila diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat". Sangat jelas dan logis, kita diperintahkan untuk memberikan amanah kepada ahlinya. Kita harus menyerahkan amanah kepemimpinan kepada orang yang memang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk memimpin.

Kita mesti memberikan tanggung jawab sebagai wakil rakyat kepada mereka yang memang layak mewakili rakyat-mengenal dan berpihak kepada rakyat, jujur, tidak mementingkan diri sendiri, dan lainnya. Sayangnya, kita sering melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya itu. Faktor like and dislike, nepotisme, pertemanan (kroniisme), bujuk-rayu dan suap, sering menjadikan perintah agama itu terabaikan.

Sering terjadi kasus menyingkirkan orang yang ahli (mampu) dan mengangkat orang yang bukan ahli. Sebenarnya, jika faktor-faktor tadi berada di bawah keahlian atau kapabilitas, tidak terlalu menjadi masalah, kalau memang dia ahlinya yang kebetulan teman atau kerabat. Persoalannya, sering kali kita mengangkat orang dengan menomorduakan faktor keahlian itu dan mengedepankan faktor-faktor tadi. Alasan yang biasa muncul, "keahlian bisa dipelajari" atau "dicoba dulu". Fenomena demikian sudah disinyalir Rasulullah. Yazid bin Abu Sufiyan berkata, "Telah berkata kepadaku Abu Bakar waktu ia mengutusku ke Syam: 'Hai Yazid! Sesungguhnya engkau mempunyai kerabat, boleh jadi engkau mengutamakan mereka buat memegang kekuasaannya, dan itulah yang aku khawatirkan atasmu, karena Rasulullah bersabda : 'Barangsiapa menguasai sesuatu dari urusan kaum muslimin, lalu dia memberi kuasa kepada seseorang atas mereka kerana cintanya, maka laknat Allah menimpa atasnya, Allah tidak diterima daripadanya gantian dan tidak pula tebusan, sehingga dia dimasukkan ke dalam neraka Jahannam " (HR. Al-Hakim) Jika kita berbuat demikian, hadits berikut ini juga harus kita camkan.

Dari Abu Dzar, dia berkata: " Saya berkata : 'Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak memilih saya?' Rasulullah bersabda: 'Hai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah, sedangkan itu sebagai amanah pada hari kiamat hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan. Kecuali orang yang dapat menunaikan hak kewajibannya dan memenuhi tanggungjawabnya" (HR Muslim).

Hadits ini memberi peringatan, memberikan amanah kepada orang yang bukan ahlinya akan menimbulkan beban berat, penyesalan dan kehinaan di akhirat, selain masalah yang menjadi tanggung jawabnya akan berantakan.

Amanah secara harfiyah adalah tanggung jawab, kepercayaan, terpercaya, atau beban tugas. Amanah bisa juga berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya (proporsional), seperti seuatu kedudukan tidak diberikan kecuali kepada orang yang berhak dan mampu menunaikan tugas dan kewajibannya dengan benar. Setiap kita memiliki amanah dan akan dimintai pertanggugjawabannya.

Rasulullah bersabda, "Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu juga akan diminta bertanggungjawab tentang apa yang kamu pemimpin, ketua atau imam adalah pemimpin dan ia akan diminta tanggungjawab tentang apa yang dipimpinnya" (HR Bukhari). Kita diperintahkan untuk tidak sekali-kali menyia-nyiakan amanah itu apalagi menyalahgunakannya.

Dalam Al-Anfaal: 27 Allah menegaskan, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati amanah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah kamu, sedang kamu mengetahui salahnya. Islam juga menegaskan, orang yang tidak menunaikan amanah sebagai "tidak sempurna keimanannya".

Sifat amanah bahkan dianggap sebagai "garis pemisah" keimanan seseorang. Rasulullah bersabda, "Tiada iman bagi orang yang tidak memegang amanah dan tiada agama bagi orang yang tidak dapat dipegang janjinya" (HR Ahmad). Orang yang mengkhianati amanah dalam Islam disebut orang munafik. Dengan kata lain, tidak menunaikan amanah yang diemban termasuk nifak. Dalam sebuah hadits disebutkan, mengkhianati amanah merupakan salah satu ciri orang munafik, selain suka berdusta dan ingkar janji.

Perbincangan tentang amanah menemukan momentumnya setiap saat, khususnya saat ini, ketika kita bersiap melakukan pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden langsung. Sebagaimana dicontohkan Rasulullah, di samping harus bersikap amanah, kita juga harus memilih orang-orang tepat untuk melaksanakan amanah sebagai wakil rakyat dan memimpin umat. Jika kita salah memilih, atau tidak mengacu kepada konsep amanah dalam Islam dalam melakukan pilihan, maka akibatnya adalah negeri ini akan terus carut-marut seperti sekarang. Seperti disinyalir Rasulullah, "tunggulah kehancurannya". Na'udzubillah. Namun setidaknya, adanya Gerakan Jangan Pilih Politisi Busuk membantu kita dalam melakukan seleksi untuk menemukan politisi yang amanah. Maka, kita dukung gerakan tersebut.

Pelaku usaha hotel di Bandung bentuk forum dengan Polrestabes

Oleh Herdiyan on 3 March , 2011
BANDUNG (bisnis-jabar.com): Pelaku usaha perhotelan di Kota Bandung bekerja sama dengan Polrestabes Bandung dalam waktu dekat ini akan membentuk Forum Kemitraan Polda dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (FKPPHRI). Momon Abdurochman, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bandung, mengatakan pembentukan forum yang diketuai Nicolaus Lumanau (merangkap sebagai Sekjen Asita Jawa Barat) tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban di lokasi-lokasi pariwisata yang dinilai strategis, terutama di lingkungan hotel dan restoran.
“Pengurusnya sudah ada, tinggal dilantik saja,” ujarnya kepada bisnis-jabar.com hari ini.
Kemitraan itu, kata dia, diharapkan dapat memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak, baik institusi kepolisian maupun pengusaha di sektor pariwisata.
“Bila ada gangguan dan pelanggaran di lokasi-lokasi pariwisata, para pengusaha tinggal melaporkan ke forum ini. Nanti akan langsung diselesaikan,” katanya.
Menurutnya, kenyamanan dan ketertiban sangat dibutuhkan ketika berwisata karena tujuan wisatawan berekreasi adalah mencari hiburan. Bila kondisi hotel dan restoran terganggu, maka itu akan berdampak buruk bagi industri pariwisata di suatu daerah.
Untuk itu, ujar dia, pengelola hotel dan restoran dengan anggota kepolisian ke depan akan bertekad untuk meminimalisasi hal-hal yang dinilai mengganggu kenyamanan wisatawan.
“Mudah-mudahan dengan dibentuknya forum ini dapat memajukan industri pariwisata Kota Bandung,” tuturnya.
Dia menambahkan pembentukan FKPPHRI Kota Bandung merupakan tindak lanjut dari dibentuknya FKPPHRI Jawa Barat yang telah dibentuk akhir tahun lalu.(hh)

Usaha perhotelan di Kab Bandung jalan di tempat

Oleh Herdiyan on 28 March , 2011
SOREANG (bisnis-jabar.com): Pelaku usaha industri pariwisata di Kabupaten Bandung mengeluhkan kondisi infrastruktur yang memprihatinkan sehingga menyebabkan terlambatnya pertumbuhan sektor perhotelan dan pariwisata di daerah tersebut.
Sadan Mahmud, Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bandung, menegaskan pihaknya mencatat jumlah hotel dan penginapan di kabupaten tersebut hanya sebanyak 33 unit.
Kondisi infrastruktur yang minim, kata dia, seperti jalan yang rusak dan sempit, menjadi permasalahan utama di kabupaten tersebut sehingga menghambat laju perekonomian kabupaten tersebut, salah satunya di bidang perhotelan.
“Kami akui memang jumlah hotel dan penginapan yang beroperasi di Kabupaten Bandung memang stagnan. Jumlahnya tidak berubah-ubah selama beberapa tahun belakangan ini,” katanya kepada bisnis-jabar.com hari ini.
Hal itu disebabkan, ujarnya, banyak investor yang berpikir ulang untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut karena Kabupaten Bandung dinilai masih memiliki kunjungan wisatawan yang minim.
Selain itu, kata dia, Kabupaten Bandung saat ini dinilai masih belum bisa menjadi daerah penyangga Kota Bandung dengan kunjungan wisatawan yang sangat tinggi, terutama saat musim liburan atau akhir pekan.
Dia mengungkapkan selama ini wisatawan lebih memilih untuk menginap di Kota Bandung daripada di Kabupaten Bandung karena di kota tersebut menyajikan aneka kebutuhan yang diinginkan wisatawan, seperti kuliner, factory outlet (FO), dan lain-lain.
Menurutnya, para tamu hotel yang berasal dari kalangan perusahaan (korporat) masih enggan melakukan kegiatan meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE) di hotel-hotel di Kabupaten Bandung karena minimnya fasilitas hotel yang menyediakan ruang pertemuan.
“Kalau di Kota Bandung, meeting room menjadi fasilitas utama yang dijual oleh manajemen hotel, terutama saat hari-hari biasa [weekends]. Namun, di Kabupaten Bandung kondisi seperti itu belum bisa terealisasi karena banyak faktor,” tambahnya.(hh)

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
MADARASAH DINIYAH NURUL HIDAYAH
Status Terdafar
Kp. Bugel RT 03 RW 05 Desa Neglasari Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung


SURAT KETERANGAN
Nomor : 02/YPI-NH/IV/2011

Kepala Madasah Diniyah Nurul Hidayah Bugel Desa Neglasari Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung, dengan ini menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :
               Nama                           : Gina Agniawati
               Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 22 Mei 1996
               Alamat                         : Kp. Bugel RT 04/RW 06 Desa Neglasari
                                                     Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung
Orang tersebut diatas adalah benar pernah mengikuti pendidikan keagamaan di Madrasah Diniyah Nurul Hidayah.
Demikian keterangan ini dibuat dengan sebenarnya, kepada yang berkepentingan agar maklum dan dapat dijadikan bahan seperlunya.

                                                                                                   Banjaran, April 2011
                                                                                                   Kepala Madrasah,




                                                                                                   Irah Heryani